Nama
: FLORENCIA SELVY A.
Kelas : XII IPA2
Yosua 22:5 “Hanya, lakukanlah dengan sangat setia
perintah dan hukum, yang diperintahkan kepadamu oleh Musa, hamba TUHAN itu,
yakni mengasihi TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang
ditunjukkan-Nya, tetap mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti
kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.”
Saat sedang jalan-jalan santai di kompleks perumahan saya, saya melihat seekor anjing yang tampak kebingungan di jalan. Karena saya penggemar anjing, saya cukup tahu yang mana anjing jalanan dan yang mana anjing rumahan. Anjing yang saya lihat tersebut adalah anjing rumahan. Bulunya bagus, dan terlihat memang anjing terawatt. Ia terlihat kebingungan di jalanan kompleks, seakan ingin menemukan kembali dimana rumahnya. Mungkin anjing itu lepas dari pengawasan pemiliknya, dan keluar dari rumah tanpa disadari dan diketahui pemiliknya.
Kemudian saya teringat dengan seekor kucing, dan membedakannya. Seekor kucing, apabila keluar dari rumah, ia tidak akan kebingungan ataupun kelabakan untuk ingin kembali ke rumah pemiliknya. Ia bebas berkelana kemana ia kehendaki. Kucing tidak pernah terlihat bingung saat tersesat dimanapun. Bahkan ia bebas sekali mau pergi kapan, pulang kapan. Kecuali kucing ras yang memang rumahan, tapi berbeda dengan kucing non ras yang murahan.
Kitapun lebih mudah ‘mengurus’ seekor anjing, dibandingkan seekor kucing. Saat kita sebagai tuannya pulang ke rumah, maka sang anjing dengan gembira menyambut kita, walau tidak diiming-imingi dengan makanan. Berbeda dengan kucing, yang harus kita hampiri. Seekor anjing langsung menghampiri, kebalikannya dengan kucing tadi.
Apabila kita ’memiliki sifat’ seekor anjing, yang selalu menyambut tuannya, selalu ingin dekat dengan tuannya, walaupun tidak diberi makanan, maka kita menjadi sosok yang selalu membutuhkan Tuhan sebagai ‘tuan’ kita.
Kita pun seharusnya demikian terhadap Tuhan. Datang dan menghampiri-NYA setiap saat. Jangan hanya saat membutuhkan berkat, meminta berkat. Ketika sudah mendapatkan dan kenyang dengan berkat pun, jangan langsung ngeloyor pergi seperti seekor kucing. Tetap hampiri Tuhan, duduk dekat-NYA, duduk di pangkuan-NYA, bahkan kalau perlu berbaringlah di pangkuan-NYA. Rasakan betapa nyamannya berada dekat Tuhan dengan sikap membutuhkan seperti itu.
Belajar dari sifat seekor anjing. “The Man Best Friend”, demikian ungkapan mengenai sosok seekor anjing, teman terbaik manusia. Tuhan pun ‘teman’ kita di segala situasi.
Adapun sebuah cerita yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, bahkan cerita nyata ini dimuat dalam sebuah film pada tahun 2009, Hachiko, seekor anjing yang setia dari Jepang, selalu menanti tuannya di depan stasiun kereta api. Akibat ‘kesembuhan’ yang diberikan oleh tuannya saat Hachiko sekarat di pinggir jalan ketika masih seekor anjing kecil, Hachiko membalasnya dengan bersikap setia. Bahkan saking setianya, ia meninggal di depan stasiun kereta api, karena menunggu tuannya pulang dari kerja, dan tidak tahu bahwa tuannya itu sudah meninggal. Tidak ada orang lain yang mampu menghiburnya, bahkan makanan yang diberikan oleh orang-orang yang iba melihatnya, ditolaknya, dan fokus perhatiannya hanya pada pintu keluar stasiun kereta api.
Pertanyaannya, apakah sifat kita sudah berorientasi pada kehadiran Tuhan, daripada berkat-NYA semata?
Walaupun Tuhan tidak menolak kita saat selalu hadir untuk meminta berkat-NYA, tapi IA lebih senang apabila kita selalu berada di dekat-NYA setiap saat. Dengan demikian Tuhan akan lebih mudah ‘mengelus’ kita, menghibur kita, dan mencurahkan berkat-berkat-NYA. Kita pun lebih peka mendengar suara-NYA dan mendapatkan perlindungan, kekuatan untuk menjalankan rencana yang IA inginkan dalam kehidupan kita.
Demikianlah sabda Tuhan…