Konflik Antara Jerman Barat Dan
Jerman Timur Sehingga Terbangun Tembok Berlin???
Tembok Berlin adalah
sebuah tembok perbatasan yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur
serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah
enklave.
Pembangunan Tembok
Tembok ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan
komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht karena Berlin
Barat adalah sebuah 'lubang' di negara mereka. Antara tahun 1949 sampai
tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta
penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat
ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang
yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba
tembok ini dibangun.
Tembok Berlin dan Perang Dingin
Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis
di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak
pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi
tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F Kennedy pada tahun 1963
datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan
juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil
Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada
hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin
Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan
berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa
terlambat datang, akan dihukum oleh hidup
Pelarian melalui Tembok Berlin
Mula-mula tembok ini hanya berupa kawat-kawat berduri saja, tetapi
lama-lama dibangun tembok batu yang dilengkapi dengan menara-menara
pengawas dan senjata-senjata otomatis bersensor. Meskipun begitu, hal
ini tidak mencegah ratusan orang dari Jerman Timur melarikan diri ke
Dunia Barat melewati tembok ini sampai dibukanya Tembok Berlin pada
tanggal 9 November 1989.
Dua puluh tahun yang lalu Tembok Berlin runtuh dan kaum borjuis di dunia
Barat sangat gembira, bersukacita akan “jatuhnya komunisme”. Setiap tahun kaum
kapitalis merayakannya seperti halnya rejim Orde Baru yang merayakan persitiwa
30 September dengan mesin propaganda mereka. Akan tetapi, dua puluh tahun
kemudian situasi terlihat sangat berbeda dimana kapitalisme memasuki krisisnya
yang paling parah semenjak 1929. Sekarang mayoritas rakyat di bekas Jerman
Timur memilih partai kiri dan mengingat kembali keuntungan dari ekonomi
terencana. Setelah menolak Stalinisme, mereka sekarang telah mencicipi
kapitalisme, dan kesimpulan yang mereka ambil adalah bahwa sosialisme lebih
baik daripada kapitalisme.
Tahun 2009
adalah sebuah tahun yang dipenuhi dengan banyak hari peringatan, termasuk hari
peringatan pembunuhan Luxemburg dan Liebknecht, dibentuknya Komunis
Internasional, dan Komune Austria. Tidak satupun dari peringatan-peringatan ini
yang menemukan gaungnya di pers kapitalis. Tetapi ada satu hari peringatan yang
tidak pernah mereka lupakan: pada tanggal 9 November 1989, perbatasan yang
memisahkan Jerman Barat dan Timur dibuka.
Runtuhnya
Tembok Berlin di dalam sejarah telah menjadi sebuah sinonim untuk runtuhnya
“komunisme”. Dalam 20 tahun semenjak peristiwa besar ini, kita telah
menyaksikan sebuah ofensif ideologi yang luar biasa besar untuk melawan ide-ide
Marxisme dalam skala dunia. Peristiwa ini dijunjung tinggi sebagai bukti
matinya Komunisme, Sosialisme, dan Marxisme. Tidak lama yang lalu, ini bahkan
dianggap sebagai akhir sejarah. Tetapi semenjak itu roda sejarah telah berputar
berkali-kali.
Argumen
bahwa sistem kapitalisme adalah satu-satunya alternatif untuk kemanusiaan telah
terbukti hampa. Kebenaran yang ada sangatlah berbeda. Pada 20 tahun peringatan
runtuhnya Stalinisme, kapitalisme mengalami krisis yang paling dalam semenjak
Depresi Hebat. Jutaan rakyat dihadapi dengan masa depan yang dipenuhi dengan
pengangguran, kemiskinan, pemotongan anggaran sosial, dan penghematan.
Selama
periode ini kampanye anti-komunis ditingkatkan. Alasannya tidaklah sulit untuk
dipahami. Krisis kapitalisme yang mendunia ini telah menyebabkan rakyat secara
umum mempertanyakan “ekonomi pasar”. Ada kebangkitan rasa ketertarikan pada Marxisme,
yang mengkuatirkan kaum borjuis. Kampanye fitnah yang baru ini adalah sebuah
refleksi ketakutan mereka.