Friday, February 21, 2014

Dear Anas *6 (isiZizi)

Konflik Antara Jerman Barat Dan Jerman Timur Sehingga Terbangun Tembok Berlin???


Tembok Berlin adalah sebuah tembok perbatasan yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave.

Pembangunan Tembok
Tembok ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht karena Berlin Barat adalah sebuah 'lubang' di negara mereka. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun.

Tembok Berlin dan Perang Dingin
Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup

Pelarian melalui Tembok Berlin
Mula-mula tembok ini hanya berupa kawat-kawat berduri saja, tetapi lama-lama dibangun tembok batu yang dilengkapi dengan menara-menara pengawas dan senjata-senjata otomatis bersensor. Meskipun begitu, hal ini tidak mencegah ratusan orang dari Jerman Timur melarikan diri ke Dunia Barat melewati tembok ini sampai dibukanya Tembok Berlin pada tanggal 9 November 1989.


Dua puluh tahun yang lalu Tembok Berlin runtuh dan kaum borjuis di dunia Barat sangat gembira, bersukacita akan “jatuhnya komunisme”. Setiap tahun kaum kapitalis merayakannya seperti halnya rejim Orde Baru yang merayakan persitiwa 30 September dengan mesin propaganda mereka. Akan tetapi, dua puluh tahun kemudian situasi terlihat sangat berbeda dimana kapitalisme memasuki krisisnya yang paling parah semenjak 1929. Sekarang mayoritas rakyat di bekas Jerman Timur memilih partai kiri dan mengingat kembali keuntungan dari ekonomi terencana. Setelah menolak Stalinisme, mereka sekarang telah mencicipi kapitalisme, dan kesimpulan yang mereka ambil adalah bahwa sosialisme lebih baik daripada kapitalisme.

Tahun 2009 adalah sebuah tahun yang dipenuhi dengan banyak hari peringatan, termasuk hari peringatan pembunuhan Luxemburg dan Liebknecht, dibentuknya Komunis Internasional, dan Komune Austria. Tidak satupun dari peringatan-peringatan ini yang menemukan gaungnya di pers kapitalis. Tetapi ada satu hari peringatan yang tidak pernah mereka lupakan: pada tanggal 9 November 1989, perbatasan yang memisahkan Jerman Barat dan Timur dibuka. 
Runtuhnya Tembok Berlin di dalam sejarah telah menjadi sebuah sinonim untuk runtuhnya “komunisme”. Dalam 20 tahun semenjak peristiwa besar ini, kita telah menyaksikan sebuah ofensif ideologi yang luar biasa besar untuk melawan ide-ide Marxisme dalam skala dunia. Peristiwa ini dijunjung tinggi sebagai bukti matinya Komunisme, Sosialisme, dan Marxisme. Tidak lama yang lalu, ini bahkan dianggap sebagai akhir sejarah. Tetapi semenjak itu roda sejarah telah berputar berkali-kali.

Argumen bahwa sistem kapitalisme adalah satu-satunya alternatif untuk kemanusiaan telah terbukti hampa. Kebenaran yang ada sangatlah berbeda. Pada 20 tahun peringatan runtuhnya Stalinisme, kapitalisme mengalami krisis yang paling dalam semenjak Depresi Hebat. Jutaan rakyat dihadapi dengan masa depan yang dipenuhi dengan pengangguran, kemiskinan, pemotongan anggaran sosial, dan penghematan. 

Selama periode ini kampanye anti-komunis ditingkatkan. Alasannya tidaklah sulit untuk dipahami. Krisis kapitalisme yang mendunia ini telah menyebabkan rakyat secara umum mempertanyakan “ekonomi pasar”. Ada kebangkitan rasa ketertarikan pada Marxisme, yang mengkuatirkan kaum borjuis. Kampanye fitnah yang baru ini adalah sebuah refleksi ketakutan mereka.

Dear Anas *5 (coverZizi)

TUGAS SEJARAH


DISUSUN OLEH :
ZIENDY ZETIAWAN YANWAR

XII – IPA2

SMA KATOLIK CENDERAWASIH, MKS 2014

Dear Anas *4 (isiLoren)

Konflik Antara Jerman Barat Dan Jerman Timur Sehingga Terbangun Tembok Berlin???


Runtuhnya Tembok Berlin 20 tahun lalu, yang menandai berakhirnya Perang Dingin dan awal bubarnya Uni Soviet, telah mengubah geopolitik global. Namun, tidak ada benua yang lebih diuntungkan daripada Asia. Kebangkitan dramatis ekonominya sejak 1989 telah berlangsung dengan laju dan skala tanpa bandingan dalam sejarah dunia.
 
Bagi Asia, dampak paling penting dari runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet adalah bergesernya keunggulan kekuatan militer ke keunggulan kekuatan ekonomi dalam tata hubungan internasional. Memang pertumbuhan ekonomi yang cepat juga terjadi selama Revolusi Industri dan pasca-Perang Dunia II. Tapi pertumbuhan ekonomi pasca-Perang Dingin ini telah membawa perubahan global.

Peristiwa menentukan lainnya adalah pembantaian pengunjuk rasa prodemokrasi di Lapangan Tiananmen di Beijing. Jika bukan karena berakhirnya Perang Dingin, negara-negara Barat tidak akan melepaskan Cina dari tanggung jawab pembantaian itu. Tapi Barat mengambil pendekatan yang pragmatis, tidak mengenakan sanksi ekonomi, bahkan membantu Cina terintegrasi ke dalam ekonomi global dan lembaga-lembaga internasional melalui liberalisasi investasi dan perdagangan. Andaikata Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengambil pendekatan berupa sanksi ekonomi, seperti yang dilakukannya terhadap Kuba dan Burma, ekonomi Cina tidak bakal berkembang pesat seperti sekarang, sementara negeri itu bakal tetap tertutup dan tidak stabil.

Keberhasilan ekonomi Cina yang fenomenal itu--seperti tecermin dalam surplus perdagangannya yang mengalahkan semua negara di dunia, oleh cadangan devisanya yang paling besar di dunia, dan oleh tingkat produksi besi bajanya yang tertinggi di dunia--banyak berutang budi kepada keputusan Barat untuk tidak melanjutkan sanksi ekonomi setelah terjadinya pembantaian di Tiananmen. Setelah mengalahkan Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia, Cina sekarang sudah siap mengalahkan Jepang sebagai ekonomi kedua terbesar di dunia.

Kebangkitan India sebagai raksasa ekonomi juga terkait dengan perkembangan dunia setelah 1989. India terlibat dalam perdagangan barter yang luas dengan Uni Soviet dan sekutu-sekutu komunisnya di Eropa Timur. Ketika blok negara-negara komunis ini bubar, India terpaksa membayar barang-barang yang diimpornya dengan uang tunai. Akibatnya, cadangan devisa India merosot dengan cepat, yang memicu krisis keuangan yang parah pada 1991 dan pada gilirannya memaksa India melakukan reformasi ekonomi yang radikal yang meletakkan dasar bagi kebangkitan ekonominya.
Lebih luas lagi, bangkrutnya Marxisme pada 1989 memungkinkan negara-negara di Asia, termasuk Cina dan India, mengambil kebijakan kapitalis secara terang-terangan. Walaupun kebangkitan ekonomi Cina sudah mulai di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, baru setelah 1989 Partai Komunis Cina dapat dengan terang-terangan meletakkan penciptaan kekayaan di atas ideologi. Contoh yang diberikan Cina ini punya pengaruh yang konstruktif atas partai-partai komunis lainnya yang masih bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia.

Secara geopolitik, keberhasilan pasca-1989 ini melintas jauh di luar batas negara-negara Barat. Bangkrutnya Uni Soviet dengan tiba-tiba merupakan berkah strategis bagi negara-negara di Asia, karena ia berarti lenyapnya ancaman dari suatu imperium yang menakutkan dan terbukanya jalan bagi Cina untuk dengan cepat memajukan kepentingannya secara global. Surutnya pengaruh Rusia pasca-1989 berarti kebangkitan bagi Cina.

Bagi India, berakhirnya Perang Dingin telah memicu krisis kebijakan luar negeri akibat terputusnya hubungan dengan mitranya yang paling andal, yaitu Uni Soviet. Tapi, seperti dengan krisis keuangan pada 1991, India mampu bangkit dengan kebijakan luar negeri yang baru--kebijakan yang melepaskan diri dari tradisi yang terlalu idealistik dan merangkul realisme dan pragmatisme yang lebih luas. India, pasca-Perang Dingin, mulai membangun kemitraan strategis yang saling menguntungkan dengan pemain-pemain utama di Asia dan bagian-bagian dunia lainnya. "Kemitraan strategis global" dengan Amerika Serikat--suatu ciri khas dekade ini--dimungkinkan oleh pergeseran pemikiran kebijakan India pasca-1989.

Sudah tentu, tidak semua perkembangan pasca-1989 itu positif. Misalnya fenomena negara-negara yang mengalami kegagalan telah membawa dampak kepada keamanan negara-negara Asia sebagai akibat langsung dari berakhirnya Perang Dingin. Ketika Perang Dingin sedang hangat-hangatnya, kedua blok yang ada saat itu bersaing menopang negara-negara yang lemah. Tapi, dengan lenyapnya Uni Soviet, Amerika Serikat tidak lagi merasa perlu meneruskan permainan ini.

Akibatnya, negara-yang gagal atau yang mengalami disfungsi tiba-tiba muncul pada 1990-an, mengancam keamanan regional dan internasional berupa perompak transnasional (Somalia) atau teroris transnasional (Pakistan dan Afganistan), atau berupa pembangkangan terhadap norma-norma global (Korea Utara dan Iran). Asia lebih banyak menderita dari kebangkitan terorisme internasional ini daripada kawasan-kawasan lainnya di dunia.

Lagi pula, dua dekade setelah runtuhnya Tembok Berlin, penyebaran demokrasi telah tersendat. Antara 1988 dan 1990, sementara Perang Dingin mulai berakhir, gelombang protes prodemokrasi melanda negara-negara jauh dari Eropa Timur, menggulingkan diktator-diktator di negara-negara yang berbeda satu sama lain, seperti Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, dan Cile. Setelah bubarnya Uni Soviet, bahkan Rusia sendiri muncul sebagai calon kuat reformasi demokrasi.

Namun, walaupun digulingkannya rezim-rezim totaliter atau otokratis ini telah menggeser keseimbangan kekuatan global yang menguntungkan kekuatan demokrasi, tidak semua gerakan prodemokrasi berhasil. Dan terjadinya "revolusi warna" di negara-negara seperti Ukraina cuma menambah kekhawatiran di antara rezim-rezim yang masih bertahan, yang mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah melawan upaya demokratisasi yang diilhami dari luar.

Terlepas dari mundurnya demokrasi di Rusia, Cina--yang sekarang merupakan otokrasi paling tua di dunia--menunjukkan, ketika otoriterisme sudah mengakar, pasar barang dan jasa bisa menghambat laju pasar gagasan politik. Dua puluh tahun setelah ambruknya komunisme, kapitalisme otoriter telah muncul sebagai penantang utama upaya penyebaran nilai-nilai demokratis di dunia.

Dear Anas *3 (coverLoren)

 
TUGAS SEJARAH

DISUSUN OLEH :
LOREN ANUGERAH P. KINDANGEN
XII – IPA2
SMA KATOLIK CENDERAWASIH, MKS 2014

Dear Anas :D *1 (cover)


TUGAS SEJARAH




DISUSUN OLEH :

FLORENCIA SELVY ALLOLINGGI
XII – IPA2
SMA KATOLIK CENDERAWASIH, MKS 2014
 


Dear Anas :D *2


Konflik Antara Jerman Barat Dan Jerman Timur Sehingga Terbangun Tembok Berlin???




Tembok Berlin (bahasa Jerman: Berliner Mauer) adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961. Tembok pembatas ini juga dibarengi dengan pendirian menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini, juga pendirian sebuah daerah terlarang, yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Blok Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam prakteknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.

Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng Proteksi Anti-Fasis" (bahasa Jerman: Antifaschistischer Schutzwall), yang menyatakan bahwa negara Jerman Barat belum sepenuhnya didenazifikasi. Pemerintah Kota Jerman Barat kadang-kadang mengatakan Tembok Berlin sebagai "Tembok Memalukan" (sebutan yang dicetuskan oleh Walikota Willy Brandt­). Untuk mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak. Bersamaan dengan Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur, kedua tembok pembatas ini menjadi simbol "Tirai Besi" yang memisahkan Eropa Barat dengan Blok Timur selama Perang Dingin.



Tembok ini didirikan untuk memisahkan sekaligus mengisolasi Berlin Barat, wilayah yang dikontrol oleh Perancis, Amerika, dan Inggris. Tembok Berlin berdiri sampai tahun 1989, sebelum akhirnya diruntuhkan seiring dengan keruntuhan Tirai Besi Uni Sovyet. Tembok ini sering digunakan sebagai contoh isolasionisme ekstrim dan menjadi pukulan diplomatik serius bagi hubungan antara Soviet dengan seluruh dunia. Setelah Perang Dunia II, Jerman diduduki oleh Dewan Pengawas Sekutu sementara dilakukan upaya stabilisasi dan pembangunan kembali. Sebagai bagian dari kesepakatan, Uni Soviet diberi kontrol atas sebagian Jerman yang kemudian dikenal sebagai Jerman Timur, sementara kekuatan-kekuatan non-komunis mengontrol Jerman Barat. Berlin, sebuah kota besar yang terletak di Jerman Timur juga dibagi menjadi dua bagian.

Adanya wilayah yang dikontrol sekutu di tengah-tengah Jerman Timur membuat semua pihak berada dalam situasi yang tidak nyaman. Jerman Timur takut bahwa kekuatan Barat mungkin mencoba mengambil alih Jerman Timur, melalui Berlin Barat yang dikusai sekutu.
Di lain pihak, sekutu khawatir terhadap keselamatan penduduk dan pekerja di Berlin Barat, wilayah yang berada di tengah-tengah Jerman Timur.
 




Akses ke Berlin telah dibatasi sebelumnya, terutama pada tahun 1948, ketika beberapa negara Barat dipaksa menggunakan angkutan udara untuk memasok berbagai kebutuhan ke Berlin Barat.

Sebagian warga Jerman Timur juga melihat Berlin Barat sebagai wilayah penuh harapan, berusaha menyeberang kesana untuk mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik.
Pemerintah Jerman Timur segera menyadari bahwa mereka mulai kehilangan kontrol atas warga negara mereka dan mulai membangun tembok untuk memblokade Berlin Barat.
Tembok Berlin dirancang untuk meniadakan akses ke Berlin Barat dari Jerman Timur. Tembok ini juga membuat sulit bagi orang untuk keluar dari Berlin Barat karena harus melewati serangkaian peemeriksaan ketat.

Berbagai negosiasi diplomatik telah dilakukan sebagai respon atas Tembok Berlin yang melibatkan beberapa tokoh politik terkenal, termasuk Presiden Kennedy.
Pada tahun 1963, Kennedy menyampaikan pidato terkenal yang menyatakan solidaritas kepada penduduk Berlin Barat dan menyatakan bahwa Berlin Barat merupakan pulau demokrasi dan kebebasan di lautan komunisme.

Tembok Berlin meminta banyak nyawa, dengan kematian pertama terjadi pada tahun 1961 ketika Ida Siekmann melompat keluar dari jendela lantai tiga untuk sampai ke Jerman Barat.
Pada tahun 1989, seiring dengan jatuhnya komunisme, warga di kedua sisi Berlin bekerja sama untuk meruntuhkan tembok tersebut.
Keruntuhan Tembok Berlin adalah peristiwa monumental dan sering digunakan pula sebagai simbol runtuhnya komunisme.

Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Antara tahun 1961 dan 1989, tembok ini pun mencegah hal itu. Di rentang waktu kira-kira 30 tahun ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.

Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria. Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu setelahnya, euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu. Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990.

Mula-mula tembok ini hanya berupa kawat-kawat berduri saja, tetapi lama-lama dibangun tembok batu yang dilengkapi dengan menara-menara pengawas dan senjata-senjata otomatis bersensor. Meskipun begitu, hal ini tidak mencegah ratusan orang dari Jerman Timur melarikan diri ke Dunia Barat melewati tembok ini sampai dibukanya Tembok Berlin pada tanggal 9 November 1989.

Runtuhnya Tembok Berlin 20 tahun lalu, yang menandai berakhirnya Perang Dingin dan awal bubarnya Uni Soviet, telah mengubah geopolitik global. Namun, tidak ada benua yang lebih diuntungkan daripada Asia. Kebangkitan dramatis ekonominya sejak 1989 telah berlangsung dengan laju dan skala tanpa bandingan dalam sejarah dunia.
Bagi Asia, dampak paling penting dari runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet adalah bergesernya keunggulan kekuatan militer ke keunggulan kekuatan ekonomi dalam tata hubungan internasional. Memang pertumbuhan ekonomi yang cepat juga terjadi selama Revolusi Industri dan pasca-Perang Dunia II. Tapi pertumbuhan ekonomi pasca-Perang Dingin ini telah membawa perubahan global.



Peristiwa menentukan lainnya adalah pembantaian pengunjuk rasa prodemokrasi di Lapangan Tiananmen di Beijing. Jika bukan karena berakhirnya Perang Dingin, negara-negara Barat tidak akan melepaskan Cina dari tanggung jawab pembantaian itu. Tapi Barat mengambil pendekatan yang pragmatis, tidak mengenakan sanksi ekonomi, bahkan membantu Cina terintegrasi ke dalam ekonomi global dan lembaga-lembaga internasional melalui liberalisasi investasi dan perdagangan. Andaikata Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengambil pendekatan berupa sanksi ekonomi, seperti yang dilakukannya terhadap Kuba dan Burma, ekonomi Cina tidak bakal berkembang pesat seperti sekarang, sementara negeri itu bakal tetap tertutup dan tidak stabil.

Keberhasilan ekonomi Cina yang fenomenal itu, seperti tecermin dalam surplus perdagangannya yang mengalahkan semua negara di dunia, oleh cadangan devisanya yang paling besar di dunia, dan oleh tingkat produksi besi bajanya yang tertinggi di dunia--banyak berutang budi kepada keputusan Barat untuk tidak melanjutkan sanksi ekonomi setelah terjadinya pembantaian di Tiananmen. Setelah mengalahkan Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia, Cina sekarang sudah siap mengalahkan Jepang sebagai ekonomi kedua terbesar di dunia.

Kebangkitan India sebagai raksasa ekonomi juga terkait dengan perkembangan dunia setelah 1989. India terlibat dalam perdagangan barter yang luas dengan Uni Soviet dan sekutu-sekutu komunisnya di Eropa Timur. Ketika blok negara-negara komunis ini bubar, India terpaksa membayar barang-barang yang diimpornya dengan uang tunai. Akibatnya, cadangan devisa India merosot dengan cepat, yang memicu krisis keuangan yang parah pada 1991 dan pada gilirannya memaksa India melakukan reformasi ekonomi yang radikal yang meletakkan dasar bagi kebangkitan ekonominya.

Lebih luas lagi, bangkrutnya Marxisme pada 1989 memungkinkan negara-negara di Asia, termasuk Cina dan India, mengambil kebijakan kapitalis secara terang-terangan. Walaupun kebangkitan ekonomi Cina sudah mulai di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, baru setelah 1989 Partai Komunis Cina dapat dengan terang-terangan meletakkan penciptaan kekayaan di atas ideologi. Contoh yang diberikan Cina ini punya pengaruh yang konstruktif atas partai-partai komunis lainnya yang masih bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia.
Secara geopolitik, keberhasilan pasca-1989 ini melintas jauh di luar batas negara-negara Barat. Bangkrutnya Uni Soviet dengan tiba-tiba merupakan berkah strategis bagi negara-negara di Asia, karena ia berarti lenyapnya ancaman dari suatu imperium yang menakutkan dan terbukanya jalan bagi Cina untuk dengan cepat memajukan kepentingannya secara global. Surutnya pengaruh Rusia pasca-1989 berarti kebangkitan bagi Cina.

Bagi India, berakhirnya Perang Dingin telah memicu krisis kebijakan luar negeri akibat terputusnya hubungan dengan mitranya yang paling andal, yaitu Uni Soviet. Tapi, seperti dengan krisis keuangan pada 1991, India mampu bangkit dengan kebijakan luar negeri yang baru--kebijakan yang melepaskan diri dari tradisi yang terlalu idealistik dan merangkul realisme dan pragmatisme yang lebih luas. India, pasca-Perang Dingin, mulai membangun kemitraan strategis yang saling menguntungkan dengan pemain-pemain utama di Asia dan bagian-bagian dunia lainnya. "Kemitraan strategis global" dengan Amerika Serikat--suatu ciri khas dekade ini--dimungkinkan oleh pergeseran pemikiran kebijakan India pasca-1989.
Sudah tentu, tidak semua perkembangan pasca-1989 itu positif. Misalnya fenomena negara-negara yang mengalami kegagalan telah membawa dampak kepada keamanan negara-negara Asia sebagai akibat langsung dari berakhirnya Perang Dingin. Ketika Perang Dingin sedang hangat-hangatnya, kedua blok yang ada saat itu bersaing menopang negara-negara yang lemah. Tapi, dengan lenyapnya Uni Soviet, Amerika Serikat tidak lagi merasa perlu meneruskan permainan ini.

Akibatnya, negara-yang gagal atau yang mengalami disfungsi tiba-tiba muncul pada 1990-an, mengancam keamanan regional dan internasional berupa perompak transnasional (Somalia) atau teroris transnasional (Pakistan dan Afganistan), atau berupa pembangkangan terhadap norma-norma global (Korea Utara dan Iran). Asia lebih banyak menderita dari kebangkitan terorisme internasional ini daripada kawasan-kawasan lainnya di dunia.

Lagi pula, dua dekade setelah runtuhnya Tembok Berlin, penyebaran demokrasi telah tersendat. Antara 1988 dan 1990, sementara Perang Dingin mulai berakhir, gelombang protes prodemokrasi melanda negara-negara jauh dari Eropa Timur, menggulingkan diktator-diktator di negara-negara yang berbeda satu sama lain, seperti Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, dan Cile. Setelah bubarnya Uni Soviet, bahkan Rusia sendiri muncul sebagai calon kuat reformasi demokrasi.

Namun, walaupun digulingkannya rezim-rezim totaliter atau otokratis ini telah menggeser keseimbangan kekuatan global yang menguntungkan kekuatan demokrasi, tidak semua gerakan prodemokrasi berhasil. Dan terjadinya "revolusi warna" di negara-negara seperti Ukraina cuma menambah kekhawatiran di antara rezim-rezim yang masih bertahan, yang mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah melawan upaya demokratisasi yang diilhami dari luar.

Terlepas dari mundurnya demokrasi di Rusia, Cina--yang sekarang merupakan otokrasi paling tua di dunia...menunjukkan, ketika otoriterisme sudah mengakar, pasar barang dan jasa bisa menghambat laju pasar gagasan politik. Dua puluh tahun setelah ambruknya komunisme, kapitalisme otoriter telah muncul sebagai penantang utama upaya penyebaran nilai-nilai demokratis di dunia.

Sunday, February 16, 2014

About Chris Martin (Coldplay)





Chris Martin lahir di Whitestone, Exeter, Devon, Inggris pada tanggal 2 Maret 1977. Dia adalah anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Anthony Martin adalah seorang pensiunan akuntan, dan ibunya, Alison Martin, adalah seorang guru musik.


Chris memulai pendidikannya di Hylton School dan kemudian Exeter Cathedral School. Ini merupakan sekolah pertama dimana Martin membentuk band pertamanya. Setelah lulus di Exeter Cathedral, Chris melanjutkan sekolahnya di Sherborne School, sebuah sekolah independen di Dorset. Disana ia juga bertemu dengan manajer Coldplay yang sekarang, Phil Harvey. Martin melanjutkan pendidikannya di University College London. Disinilah Chris bertemu dengan anggota Coldplay lainnya Jonny Buckland, Will Champion, dan Guy Berryman. Martin mulai bermain piano sejak ia kecil, dan kemudian belajar bermain gitar.


Ketika kuliah di University College London, Martin bertemu Jonny Buckland, Will Champion dan Guy Berryman. Pada bulan Januari 1998, mereka membentuk band dengan nama Starfish, yang sekarang adalah Codplay. Lagu pertama yang mereka mainkan berjudul Ode to Deodorant. Band ini mulai dikenal dan langsung sukses sejak merilis album perdananya, Parachutes, tahun 2000. Sejak itu, mereka sudah merilis beberapa album/EP: A Rush of Blood to the Head, Live 2003, X&Y, Viva la Vida or Deatch and All His Friends, Prospekt's March, LeftRightLeftRightLeft, Mylo Xyloto, dan Live 2012.


Musik yang paling mempengaruhi Martin dan Coldplay adalah sebuah band rock asal Skotlandia bernama Travis, Martin memberi kredit pada mereka atas terbentuknya band Coldplay. U2 juga merupakan pengaruh musik lainnya untuk Martin.


Martin secara terang-terangan mengatakan kecintaannya pada band asal Norwegia bernama a-ha. Tahun 2005 dia mengatakan pada sebuah wawancara: "Saya sedang berada di Amsterdam dan mendengarkan musik a-ha/ Saya ingat bagaimana saya sangat menikmati musik ini. Liriknya sangat mengagumkan. Banyak orang bertanya apa yang menginspirasi kami, darimana kami mencurinya, dan apa musik yang kami dengarkan - Band pertama yang saya suka adalah a-ha." Marin juga pernah berduet dengan Magne Furuholmen, vokalis a-ha pada sebuah konser. Pada November 2011, Chris juga mengatakan "Dulu ketika band kami bingung memainkan lagu apa, kami memainkan lagu dari a-ha."


Dia juga dikenal sebagai fans dari band alternatif rock Inggris Oasis dan Muse, Grup pop Westlife, band Inggris Radiohead, Grup pop Girls Aloud dan Take That, juga band rock indie Kanada Arcade Fire. Penyanyi solo yang Martin suka diantarannyaLeona Lewis, Noel Gallagher, Kylie Minogue, Johnny Cash, Bob Dylan, Hank Williams, David Bowie, Paul McCartney, dan Peter Gabriel.

Martin menikah dengan Gwyneth Paltrow. Mereka menikah pada tanggal 5 Desember 2003 dan sudah dikaruniai dua orang anak, anak pertamanya bernama Apple Blythe Alison Martin (lahir 14 Mei 2004 di London) dan anak kedua bernama Moses Bruce Anthony Martin (lahir 8 April 2006 di kota New York). 


Chris dan istrinya Gwyneth bersama kedua anaknya Moses dan Apple


Martin bukan seorang perokok tetapi terkadang meminum vodka. PETA memberikan gelar World's Sexiest Vegertarian pada Chris Martin tahun 2005. Walaupun faktanya ia bukan seorang vegetarian, hal ini diungkapkan oleh istrinya.


Martin dibesarkan sebagai seorang Katolik tapi sudah murtad. Tahun 2005, dalam sebuah wawancara dengan majalah Rolling Stone, Martin mengatakan tentang pandangan agamanya: "Tentu saja saya percaya dengan Tuhan. Bagaimana bisa anda melihat segalanya di dunia dan tidak kagum akan keajaiban di dunia ini?". Juga dalam sebuah wawancara tahun 2008, ia mengatakan "Saya selalu mencoba mencari tahu siapa "Dia". Saya tidak tahu apakah itu Allah atau Jesus atau Muhammad atau Zeus. Tapi saya lebih percaya pada Zeus." Setelah wawancara itu, ia mengirimkan sebuah pesan singkat yang mendeklarasikan bahwa dirinya adalah seorang "all-theist", sebutan untuk seseorang yang percaya dengan "segalanya".

Martin sering menderita insomnia dan telah menjalani beberapa terapi tidur. Dia mengatakan pada sebuah wawancara bahwa kadang ide untuk sebuah lagu paling sering ia temukan pada malam hari pada saat mendengarkan album dari Radiohead. Chris juga sering mendapat mimpi buruk tentang aksi manggung yang tidak berjalan baik. Pada wawancara tahun 2002 dengan Daily Mail, Martin mengungkapkan bahwa ia menderita "tinnitus" sejak sepuluh tahun lalu, ini dikarenakan ia sering mendengar musik dengan keras saat ia remaja. Dia mengingatkan kepada para pemuda supaya tidak mendapat nasib yang serupa dengannya.


Fakta menarik dari Chris Martin adalah, walaupun dia seorang kidal, tapi ia bermain gitar dengan gaya tangan kanan.


BONUS: Chris Martin memakai kaos dengan sablon peta Indonesia :))